Jumat, 25 Oktober 2013

Kitab Syamail Rasul Tentang Sahabat-Sahabat Rasulullah SAW Yang Kaya Raya


Pembacaan kitab Syamail Rasul oleh Habib Taufiq Baraqbah

Dari  oleh Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar rumah di saat tidak ada seorangpun yang keluar dari rumahnya. Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam berjalan menyusuri kota madinah. Tidak selang beberapa lama datanglah sahabat Abu Bakar. Kemudian Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Abu Bakar, “wahai Abu Bakar apa yang menyebabkan engkau keluar rumah dan mendatangiku?”. kemudian Abu Bakar menjawab, “Ya Rasulullah, aku keluar dari rumah karena aku merindukan ingin melihat wajahmu, dan ingin mengucap salam kepadamu”. Kemudian tak selang beberapa lama datanglah sahabat Umar bin Khathab. Pertanyaan yang sama di ajukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. “wahai Umar, apa yang menyebabkanmu keluar dari rumah ?”, maka Umar pun menjawab, ”aku lapar wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam juga berkata “aku juga merasakan hal yang sama denganmu”.
Kemudian tiga orang ini berjalan bersama menuju ke rumah Abul Haitsam Al Anshoriy. sahabat Abul Haitsam ini adalah seorang sahabat yang mempunyai kebun kurma yang luas dan mempunyai ternak kambing yang banyak. Sesampainya di rumah Abul Haitsam, ternyata dia tidak berada di rumah. Yang ada hanya istrinya. Maka ketiga orang ini tidak masuk ke rumah Abul Haitsam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada istri Abul Haitsam, ”kemana teman hidupmu?”, maka istri Abul Haitsam pun menjawab, “suamiku sedang keluar mencari air untuk keperluan di rumah”.
Tidak lama kemudian datanglah Abul Haitsam dengan membawa ghirbah (tempat air yang terbuat dari kulit) yang penuh dengan air. Maka ketika melihat ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di rumahnya, ia segera meletakkan ghirbah tersebut dan bersegera mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menemani beliau. Kemudian Abul Haitsam mengajak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta Abu Bakar dan Umar untuk pergi ke kebun kurma miliknya. Sesampainya di kebuk kurmanya, Abul Haitsam membentangkan karpet dan mempersilahkan duduk, sedang dirinya pergi memanjat pohon kurma. Abul Haitsam memetik kurma beserta tangkai-tangkainya dan menghidangkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “wahai Abul Haitsam, kenapa engkau tidak langsung memetikkan ruthob (kurma yang masih muda) nya saja”. Maka Abul Haitsam menjawab, “aku sengaja memetikkan beserta tangkainya agar engkau bisa memilih sendiri mana kurma yang sudah matang dan mana yang setengah matang”. Maka dimakanlah kurma tersebut dan minum dengan minuman yang di bawa oleh Abul Haitsam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “yang seperti ini (naungan yang sejuk di bawah pohon kurma, kurma yang lezat, minuman yang segar) demi Allah akan di pertanyakan kelak ketika hari kiamat”.
Kemudian Abul Haitsam pergi mengambil domba yang masih muda. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ”jangan engkau sembelih domba yang sedang menyusui, sembelihlah yang belum menyusui”. Maka di sembelihlah salah satu dombanya kemudian di masak dan di hidangkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta sahabatnya. Selesai makan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “apakah engkau mempunyai pelayan?”. “tidak ya Rasulullah“ jawab Abul Haitsam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menawarkan dua orang dari tawanan perang untuk dipilih menjadi pelayannya. “wahai Abul Haitsam, pilihlah satu diantara mereka”. Kemudian Abul Haitsam berkata,”Ya Rasulallah, pilihkan untuk saya, saya serahkan kepada anda”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ”sesungguhnya orang yang di minta pendapat harus amanah dalam memberikan pendapatnya, maka aku pilihkan yang ini (sambil menunjuk ke salah satu tawanan), karena aku tau dia melakukan sholat”.  Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat untuk berbuat baik kepada pelayan tersebut.
Kemudian Abul Haitsam memberikan pelayan tersebut kepada istrinya, dan istrinya berkata “sesungguhnya engkau tidak akan mampu memenuhi wasiat  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berbuat baik kecuali engkau memerdekakannya”. Maka seketika itu pelayan tersebut di merdekakan.
Ini adalah salah satu contoh sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kaya. Hartanya di gunakan untuk menyenangkan orang lain. Maka boleh umat islam kaya raya dengan syarat harus dermawan. Di zaman ini semua dinilai dengan harta. Maka bekerjalah mencari harta dengan cara yang halal. Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan transaksi apapun tetapi tidak tahu tentang riba, maka dia telah terjerumus (Imam Ali mengatakannya tiga kali). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “riba itu ada 73 pintu, dosa yang paling ringan dari riba itu adalah laksana seorang anak yang menzinahi ibunya sendiri”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “akan datang suatu zaman, dimana manusia tak peduli dari mana hartanya di dapatkan”. Manusia akan berusaha sebersih mungkin tapi dia masih akan terkena bedu-debu riba. Maka tak ada jalan lain, agar segala amalan kita di terima kecuali dengan cara mencari harta dengan jalan halal.
Wallahu A’lam Bishawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar