Pembacaan kitab Syamail Rasul oleh Habib Taufiq
Baraqbah
Dari oleh Abu Hurairah
Radliyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan suatu ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam keluar rumah di saat tidak ada seorangpun yang keluar dari
rumahnya. Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam berjalan menyusuri kota
madinah. Tidak selang beberapa lama datanglah sahabat Abu Bakar. Kemudian
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Abu Bakar, “wahai
Abu Bakar apa yang menyebabkan engkau keluar rumah dan mendatangiku?”.
kemudian Abu Bakar menjawab, “Ya Rasulullah, aku keluar dari rumah karena
aku merindukan ingin melihat wajahmu, dan ingin mengucap salam kepadamu”.
Kemudian tak selang beberapa lama datanglah sahabat Umar bin Khathab.
Pertanyaan yang sama di ajukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. “wahai
Umar, apa yang menyebabkanmu keluar dari rumah ?”, maka Umar pun menjawab,
”aku lapar wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam
juga berkata “aku juga merasakan hal yang sama denganmu”.
Tidak lama kemudian datanglah Abul
Haitsam dengan membawa ghirbah (tempat air yang terbuat dari kulit) yang penuh
dengan air. Maka ketika melihat ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di
rumahnya, ia segera meletakkan ghirbah tersebut dan bersegera mendatangi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menemani beliau. Kemudian Abul
Haitsam mengajak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta Abu Bakar dan
Umar untuk pergi ke kebun kurma miliknya. Sesampainya di kebuk kurmanya, Abul
Haitsam membentangkan karpet dan mempersilahkan duduk, sedang dirinya pergi
memanjat pohon kurma. Abul Haitsam memetik kurma beserta tangkai-tangkainya dan
menghidangkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “wahai Abul Haitsam,
kenapa engkau tidak langsung memetikkan ruthob (kurma yang masih muda) nya
saja”. Maka Abul Haitsam menjawab, “aku sengaja memetikkan beserta
tangkainya agar engkau bisa memilih sendiri mana kurma yang sudah matang dan
mana yang setengah matang”. Maka dimakanlah kurma tersebut dan minum dengan
minuman yang di bawa oleh Abul Haitsam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, “yang seperti ini (naungan yang sejuk di bawah pohon
kurma, kurma yang lezat, minuman yang segar) demi Allah akan di pertanyakan
kelak ketika hari kiamat”.
Kemudian Abul Haitsam pergi
mengambil domba yang masih muda. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, ”jangan engkau sembelih domba yang sedang menyusui,
sembelihlah yang belum menyusui”. Maka di sembelihlah salah satu dombanya
kemudian di masak dan di hidangkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam beserta sahabatnya. Selesai makan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya, “apakah engkau mempunyai pelayan?”. “tidak ya
Rasulullah“ jawab Abul Haitsam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menawarkan dua orang dari tawanan perang untuk dipilih menjadi
pelayannya. “wahai Abul Haitsam, pilihlah satu diantara mereka”.
Kemudian Abul Haitsam berkata,”Ya Rasulallah, pilihkan untuk saya, saya
serahkan kepada anda”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
”sesungguhnya orang yang di minta pendapat harus amanah dalam memberikan
pendapatnya, maka aku pilihkan yang ini (sambil menunjuk ke salah satu
tawanan), karena aku tau dia melakukan sholat”. Kemudian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat untuk berbuat baik kepada pelayan
tersebut.
Kemudian Abul Haitsam memberikan
pelayan tersebut kepada istrinya, dan istrinya berkata “sesungguhnya engkau
tidak akan mampu memenuhi wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk berbuat baik kecuali engkau memerdekakannya”. Maka seketika itu
pelayan tersebut di merdekakan.
Ini adalah salah satu contoh sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kaya. Hartanya di gunakan untuk
menyenangkan orang lain. Maka boleh umat islam kaya raya dengan syarat harus
dermawan. Di zaman ini semua dinilai dengan harta. Maka bekerjalah mencari
harta dengan cara yang halal. Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa barang
siapa yang melakukan transaksi apapun tetapi tidak tahu tentang riba, maka dia
telah terjerumus (Imam Ali mengatakannya tiga kali). Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam juga bersabda, “riba itu ada 73 pintu, dosa yang paling
ringan dari riba itu adalah laksana seorang anak yang menzinahi ibunya sendiri”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “akan datang suatu
zaman, dimana manusia tak peduli dari mana hartanya di dapatkan”. Manusia
akan berusaha sebersih mungkin tapi dia masih akan terkena bedu-debu riba. Maka
tak ada jalan lain, agar segala amalan kita di terima kecuali dengan cara
mencari harta dengan jalan halal.
Wallahu A’lam Bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar