Pembacaan kitab Syamail Rasul oleh Habib Taufiq Baraqbah
Menjelaskan tentang kehidupan ahlul bait (keluarga) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau meriwayatkan suatu saat
sayyid hasan dan sayyid husein cucu dari Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi
Wa Sallam sedang ditimpa sakit yang tidak kunjung sembuh, maka
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam datang mengunjungi beliau
berdua, dan begitu pula seluruh sahabat mengunjungi kedua cucu
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam tersebut, kemudian Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam berkata “ya abal hasan (Imam Ali Bin
Abi Tholib), seandainya engkau bernadzar kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala demi kesembuhan mereka berdua”, kemudian Imam Ali Bin Abi Tholib berkata “seandainya
mereka berdua disembuhkan, maka saya bernadzar berpuasa selama 3 hari
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala”
kemudian Sayyidah Fatimah Azzahra istri dari Imam Ali bin Abi Tholib,
Ibunda dari Sayyid Hasan dan Sayyid Husein juga bernadzar hal yang sama.
Kemudian pelayan beliau yang bernama Juwairiyah/Nuwaibah/Fiddhoh juga
bernadzar pula hal yang sama.
Setelah itu tidak berapa lama, Hasan dan Husein pun sembuh dari
penyakitnya, akan tetapi saat itu dirumah tersebut tidak ada sedikitpun
persediaan makanan , maka Imam Ali Bin Abi Tholib memiliki inisiatif
untuk meminjam bahan makanan kepada seorang yahudi yang bernama “Syam’un
Al Khaibari” , Imam Ali Bin Abi Tholib meminjam gandum sebanyak 3 faq,
dan diberikannya gandum tersebut kepada Sayyidah Fatimah Azzahra.
Pada Hari pertama nadzar Imam Ali Bin Tholib berkata, sayyidah
Fatimah Azzahra, dan pelayan beliau semuanya berpuasa, kemudian hasan
dan husein juga ikut berpuasa, untuk menjalankan nadzar. Gandum yang
Imam Ali Bin Tholib pinjam dari seorang yahudi tersebut telah diolah
menjadi roti gandum, dan pada sore hari ketika Imam Ali Bin Tholib duduk
bersama keluarga dan akan berbuka menyantap hidangan roti gandum yang
sudah ada, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan terdengar suara
seseorang berkata “ya ahla baiti Rasulillah, saya seorang miskin
anak dari kaum muslimin, berilah aku makanan, semoga Allah Subhanahu Wa
Ta’ala memberikan kalian hidangan dari meja disyurga kelak”
Kemudian Imam Ali Bin Abi Tholib menyuruh keluarganya untuk
memberikan hidangan dimeja tersebut kepada seorang peminta tersebut,
maka pada malam itu Imam Ali Bin Abi Tholib dan sekeluarga hanya berbuka
puasa dengan seteguk air.
Di Hari kedua mereka berpuasa, seperti biasa Imam Ali Bin Abi Tholib
pergi ke masjid nabawi untuk bertemu Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wa
Sallam, sedangkan Sayyidah Fatimah Azzahra kembali mengolah gandum untuk
dibuat roti, dan ketika Imam Ali Bin Tholib pulang, maka diletakkanlah
hidangan tersebut didepan Imam Ali Bin Abi Tholib untuk bersama-sama
berbuka puasa, maka saat itu terdengar lagi ketukan pintu dan suara
orang berkata “Assalamu’alaikum Yaa Ahla Baiti Muhammad, ini saya
anak yatim, ayah saya meninggal dimedan jihad, saya yatim dan saya minta
makanan”
Maka seperti hari sebelumnya, diberikan pula hidangan buka puasa mereka untuk anak yatim tersebut.
Di Hari ketiga Imam Ali Bin Abi Tholib melaksanakan nadzar puasa
dihari ketiga, dan sama seperti hari biasanya Imam Ali Bin Abi Tholib
pergi ke masjid nabawi untuk bertemu Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wa
Sallam, sedangkan Sayyidah Fatimah Azzahra kembali mengolah gandum untuk
dibuat roti, dan ketika Imam Ali Bin Tholib pulang, maka diletakkanlah
hidangan tersebut didepan Imam Ali Bin Abi Tholib untuk bersama-sama
berbuka puasa, saat itu juga terdengar ketukan pintu dan berkata “Assalamu’alaika
Yaa Ahlu Baiti Nubuwah, saya seorang tawanan, engkau menawan kami, tapi
engkau belum memberikan kami makanan, maka berilah kami makanan”.
Maka seperti hari sebelumnya, diberikan pula hidangan buka puasa mereka untuk tawanan tersebut.
Tiga Hari berturut-turut keluarga Imam Bin Abi Tholib berpuasa, dan
Tiga hari berturut-turut pula mereka berbuka hanya dengan seteguk air.
Di Hari ketiga ini mereka sekeluarga pergi kerumah Rasulullah
Shollallohu’alaihi Wa Sallam, mereka datang dalam keadaan lemah, dalam
keadaan pucat pasi, karena tiga hari tidak makan, Saat itu turunlah
Malaikat Jibril a.s menemui Rasulullah Shollallohu’alaihi wa sallam
membawa wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yaitu surat Ad Dahr atau
yang disebut juga surat al insan ayat 7 dan 8
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا، يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
Artinya : Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana., Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Inilah kehidupan Ahlu Baiti Rasul
Sungguh sudah banyak yang kita ketahui kehidupan Rasulullah
Shollallohu’alaihi Wa Sallam, keluarga dan sahabat, kehidupan yang
sederhana, zuhud, wara’, tapi bukan berarti lantas kita sebagai umatnya
tidak mau bekerja, meninggalkan pekerjaan agar seperti Rasulullah
shollallohu’alaihi wa sallam yang selalu hidup kekurangan.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah “tetap bekerja tetap berusaha
menjadi orang kaya, tetap menjadi muslim yang kuat, akan tetapi jadikan
harta tersebut diinfaq kan dijalan Allah Subhanallohu Wa Ta’ala, jadilah
orang yang dermawan terhadap muslim dan islam, karena dari beberapa
sahabat Rasulullah seperti Abu Bakar As Shidiq, Usman Bin Affan, Umar
Bin Khotob, mereka semua adalah sahabat-sahabat yang memiliki harta,
tapi mereka semua disebut dalam sejarah, besar namanya, bukan karena
kekayaannya, akan tetapi karena kedermawanan, karena ilmu, karena jihad
dan karena ibadahnya.
Maka dari itu kita sebagai umat Nabi Muhammad mari kita contoh
mereka, boleh kita kaya raya, tapi yang membesarkan nama kita bukan
karena harta kita tetapi karena akhlaq kita, karena ibadah kita, karena
ilmu kita.
Harta kita hanyalah titipan dari Allah, sebagaimana kita terlahir
didunia tanpa busana apa-apa dan kelika ketika kita meninggalkan dunia
hanya kafan yang akan menutupi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar