Jumat, 25 Oktober 2013

Keutamaan Orang Yang Meninggal di Makkah oleh Habib Hamdi bin Muhsin Al Hamid, 19 Oktober 2013

Mauidoh Hasanah oleh Habib Hamdi bin Muhsin Al Hamid
Keutamaan Orang Yang Meninggal di Makkah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seseorang akan di bangkitkan dalam keadaan dia meninggal”. Jika seseorang meninggal dalam keadaan baik maka juga akan di bangkitkan dalam keadaan baik. Demikian pula sebaliknya. Maka pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita nanti?.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”sesungguhnya salah seorang di antara kalian yang dari kecil melakukan amalan ahli surga, sehingga jarak antara surga dan dia hanya tinggal satu dziro’ (satu hasta). Tapi di akhir hayatnya dia melakukan amalan ahli neraka dan dimatikan dalam keadaan su’ul khotimah”. Maksud dari hadits ini adalah bagaimanapun amal kebaikan  yang kita lakukan janganlah berbangga diri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang telah di ampuni segala dosanya masih berdoa memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala. Kenapa Kita yang amalnya jauh dari sempurna merasa paling utama diantara yang lain.

Di kota Tarim provinsi Hadramaut Yaman, ada seorang ulama’ besar yang saat ini masih hidup yaitu Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Shihab. Di masjid Syeikh bin Ali, beliau setiap senin malam ba’da maghrib ada pembacaan maulid Ad Diba’i. Dalam setiap ceramah beliau setelah maulid, beliau selalu mengulang-ulang hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang berarti “dua perkara pangkal segala kebaikan. Pertama adalah berbaik sangka kepada Allah. Kedua berbaik sangka kepada hamba Allah”
Habib Abrurrahman Assegaf seorang wali besar di tarim mengatakan “andai aku mengetahui satu ucapan tasbihku di terima oleh Allah, niscaya aku jamin penduduk tarim akan makan daging selama satu minggu”.  di tarim jaman dulu jarang sekali makan daging, makanan sehari harinya adalah roti. Orang-orang tarim mempunyai ilmu yang terbentuk dari Madrasatun Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita harus berbaik sangka, ditakutkan di akhir hayat kita dimatikan dalam keadaan su’ul khotimah.
Nabi melanjutkan haditsnya, ”sesungguhnya ada diantara kalian yang sejak kecil melakukan perbuatan ahli neraka, sehingga jarak antara dia dan neraka tinggal satu hasta, tetapi ketentuan Allah berubah, di akhir hayatnya dia bertaubat, maka dia di matikan dalam keadaan khusnul khotimah”. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “wahai hambaku, sesungguhnya kalian memohon ampun kepadaku pada malam hari, sedangkan kalian bermaksiat di siang hari. Maka aku ampuni karena tidak mengurangi sedikitpun dari kerajaanku”. Kita saja yang enggan minta ampun kepada Allah. Amal seseorang tergantung pada akhirnya. Semoga dosa kita diampuni, dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.
Apakah seseorang yang tidak berziarah ke makam kedua orang tuanya dikatakan durhaka? Maka jawabnya adalah tidak. Kita membacakan fatihah setiap hari selesai sholat fardlu, itupun termasuk berbakti kepada orang tua.
Wallahu A’lam Bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar