Minggu, 30 Maret 2014

Syubhat Kaidah: Seandainya Amalan Tersebut Baik, Tentu Mereka (Para Sahabat) Sudah Mendahului Kita Untuk Melakukannya

Sering kali kaum anti bid’ah hasanah (baca: Salafi Wahabi) berhujjah dengan ungkapan :
وأما أهل السنة والجماعة فيقولون قي كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة رضي الله عنهم هو بدعة لأنه لو كان خيرا لسبقونا إليه، لأنهم لم يتركوا خصلة من خصال الخير إلا وقد بادروا إليها
“Adapun ahli sunnah wal jamaah, mereka berkata pada setiap perbuatan dan perkataan yang tidak sabit dari sahabat (semoga Allah meridhai mereka) adalah bid’ah karena jika itu baik sudah pasti mereka mendahului kita dalam melakukannya karena mereka tidak meninggalkan satu jenis pun dari jenis-jenis perbuatan baik melainkan mereka akan bersegera melakukannya.” (Tafsir Ibn Kathir, jld. 4, hlm. 190)
Mereka berargumentasi bahwa segala perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan ulama salaf, maka perbuatan itu dianggap bid’ah dholalah.[1] Lebih jelas sebelumnya Ibnu Taimiyyah (w 728 H) juga telah mengatakan :
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيماً له منا ،وهم على الخير أحرص
“Perayaan seperti ini seandainya baik belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Seandainya perayaan itu murni kebabaikan atau unggul, tentu para salaf lebih berhak melakukannya daripada kita, karena mereka adalah orang-orang yang jauh lebih cinta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan lebih mengagungkannya. Mereka lebih semangat kepada kebaikan…”[2]

Sabtu, 29 Maret 2014

Kajian Jumat Habib Novel 2014

Kajian Rutin Jumat malam sabtu Majlis Ilmu dan dikir Ar-roudhah Solo Jateng Indonesia
Jl. Dewutan No. 112 Rt. 01 Rw. 16 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah 57117,
Indonesia telp : 0271633860
Kajian Tahun 2013 Januari s.d Desember 2013 Klik disini
Maret 2014
2014 03 07 Makna Yaa Habibana Ali Rutinan Jumat Arraudhah
2014 03 14 Hidup Cari Apa Rutinan Jumat Arraudhah
2014 03 21 Makna Zuhud Kitab Riyadlu Sholihib Rutinan Jumat Arraudhah
2014 03 28 Makna Zuhud Bag 2 Kitab Riyadlu Sholihib Rutinan Jumat Arraudhah
Januari 2014
2014 01 02 Tausiyah Habib Novel Di RJ  Safari Maulid 40 hari 
2014 01 03 Membayar Hak Hak Allah Rutinan Jumat Arraudhah KH Abdullah Saad  
20140110 Kajian Ar Raudhah  Akhlak Nabi Dalam Bermajelis OK
20140117 Kajian Ar Raudhah Kenikmatan Di Balik Kesusahan Ok
2014 02 01 Habib Novel Peringati  Maulid Nabi Sejarah Kehidupan Nabi SAW
2014-01-17 Kajian Ar Raudhah  Kenikmatan Nurut orang tua Di Balik Kesusahan
2014-01-24 Habib Novel Majlis Ar Roudhah Rahasia Bismillah 
Pebruari 2014
2014 02 01 Habib Novel Peringati Maulid Nabi Sejarah Kehidupan Nabi 
2014 02 07 Habib Novel Kajian Ar Raudhah Rahasia Bismillah Pembahasan Kitab Riyadlussholihin
2014 02 07 40 Habib Novel Hari Kh Salman Dahlawi Popongan Klaten Bersama
2014 02 08 Habib Novel Safari Maulid Malam Ke 39
2014-02-10 Kajian Ar Raudhah  Akhlak Nabi Dalam Bermajelis
20140207 Habib Novel Kajian Ar Raudhah Rahasia Bismillah OK
2014 02 14 Kajian Ar Raudhah 14 Februari 2014 Takut Dan Berharap Pada Allah
April 2014
2014 04 4 HAbib Novel-Makna Zuhud Bag 3 Kitab Riyadlu Sholihib Rutinan Jumat Arraudhah
2014 04 11 Habib Novel Sejarah Ar Raudhah Maulid Simthudduror Rutinan Jumat Arraudhah
2014 04 18 Habib Novel Syukur Pembahasan Kitab Riaydlu Sholihinr Rutinan Jumat Arraudhah

Kamis, 06 Maret 2014

KEMATIAN

Kematian merupakan awal perpindahan dari alam dunia yang kelihatan, yang telah diakrabi dan dikenal oleh manusia, menuju alam ghaib. Alam ghaib akan menjadi nyata dalam kehidupannya yang baru setelah kematiannya. Alam barzakh, adalah alam baru tersebut. Disana, manusia akan menemui berbagai peristiwa menggentarkan yang jauh berbeda dengan alam dunia yang pernah dialaminya.

Saat detik-detik kematian itu manusia akan melihat malaikat, dia akan mendengar kalimat yang sangat menentukan nasibnya dari malaikat yang turun kepadanya atas perintah Allâh Yang Maha Kuasa. Kalimat yang akan dia dengar dari malaikat itu merupakan tanda kenikmatan abadi yang akan dia alami, atau kecelakaan abadi yang akan dia temui.

Jika dia seorang Mukmin, maka kalimat yang dia dengar dari malakul maut adalah :

أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ

Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang baik, keluarlah menuju ampunan Allâh dan keridhaan-Nya ! [HR. Ahmad; dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi’ no: 1672 dan Ahkâmul Janâiz]

APAKAH ULAMAA' MASIH MENCARI 'ILMU?? BAGAIMANA DENGAN KITA ??

SEMANGAT PARA ULAMAA' DALAM MENUNTUT 'ILMU

Abu Darda mengatakan: “Carilah ilmu! Jikalau kalian bukan pencari ilmu, cintailah ahli ilmu! Jika kalian tidak bisa mencintai ahli ilmu, jangan kalian membenci mereka!” (Kitab az-Zuhd, karya Imam Ahmad hal. 200)

Semua dari kita tentu sangat membutuhkan 'ilmu, bahkan telah banyak dicontohkan oleh para ulama' ahlussunnah betapa semangatnya mereka semua menuntut 'ilmu syar'i, padahal mereka adalah ulamaa' yang memiliki 'ilmu yang luas, akan tetapi tidak malu untuk tetap terus belajar dan berguru pada ulama' yang lainya. Subhanallah..begitu tawadhu'nya para ulama' tersebut, bagaimana di zaman kita ini??
Betapa banyak manusia yang ingin disebut sebagai ulama' akan tetapi banyak yang tidak memiliki sifat sifat sebagaimana para ulama' yang sebenarnya.

ADAB ADAB DI HARI JUM'AT

Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menyibukkan dirinya dengan berbagai kebaikan, baik terkait dengan dirinya maupun orang lain. Termasuk kebaikan yang muncul dari ketakwaan adalah amalan yang mengagungkan syiar-syiar Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya,
ذَالِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَآءِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ۝
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)
Yang perlu diperhatikan, mengagungkan syiar-syiar Islam harus dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, amalan-amalan ini termasuk ibadah yang agung, yang tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala selain dengan dua syarat tersebut. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَآ اُمِرُوْآ اِلَّا لِيَعْبُدُ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh selain untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (al-Bayyinah: 5)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَ لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ