Magetan Jumat Awal Ramadan 1441H/2020/M atau bulan Puasa biasanya disambut dengan
meriah oleh umat Islam. Di Jawa Timur dan beberapa daerah lain di Pulau Jawa,
kita mengenal Megengan, tradisi khusus untuk menyambut datangnya bulan suci
Ramadan. Megengan merupakan tradisi unik karena tradisi ini tidak dijumpai di
daerah lain.
Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, Prof. Dr. Nur Syam, M.Si dalam artikel Tradisi
Megengan di Jawa, mendefinisikan Megengan sebagai upacara selamatan ala
kadarnya untuk menyambut bulan yang suci dan khusus. Sampai saat ini, tidak
diketahui pasti siapa yang pertama kali memulai atau menciptakan tradisi
Megengan.
Dikutip dari nursyam.uinsby.ac.id,
tradisi Megengan diduga kuat diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Kendatipun demikian,
sampai sekarang belum ada bukti historis yang menunjukkan hal itu. Tetapi
dugaan ini cukup berdasar. Pasalnya kreasi-kreasi yang menyangkut tradisi
akulturasi antara Islam dan Jawa memang kerap berasal dari pemikiran Sunan
Kalijaga.
Selamatan sudah menjadi tradisi di Jawa jauh sebelum agama
Islam masuk ke Indonesia. Namun, dalam Megengan, selamatan juga dibarengi
dengan kegiatan doa bersama. Jadilah Megengan merupakan salah satu wujud
konkret akulturasi antara budaya Jawa dengan ajaran agama Islam.
Megengan bisa berarti menahan. Dalam konteks bulan Ramadan,
Megengan berarti menahan hawa nafsu yang terkait dengan makan, minum,
berhubungan seksual, dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan Nur Syam,
tradisi Megengan bisa menjadi penanda bagi umat Islam untuk melakukan persiapan
khusus menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Diketahui bersama, Islam memang sangat menganjurkan kaumnya
untuk menahan nafsu. Dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak bisa
dilepaskan dari nafsu, seperti nafsu makan, nafsu biologis, dan lain
sebagainya. Tetapi apabila nafsu itu tidak dikendalikan, justru bisa
menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan.
Dikutip dari nursyam.uinsby.ac.id,
dalam Islam dikenal nafsu mutmainnah. Nafsu mutmainnah adalah nafsu
keberagamaan atau etis yang mendasarkan tindakan manusia pada ajaran agama.
Nafsu inilah yang akan menuntun manusia untuk tetap berada di jalan iman dan
Islam. Umat Islam yang mengembangkan nafsu mutmainnah akan dijamin
keselamatannya dalam mengarungi bahtera kehidupan
Dalam tradisi Megengan, ada makanan yang tidak pernah
ketinggalan dihidangkan, yakni kue Apem. Dikutip dari tebuireng.online, Apem berasal dari
kata dalam bahasa Arab yaitu afwan yang berarti ampunan atau maaf.
Kue berbahan dasar tepung beras ini menjadi kue wajib dalam
penyelenggaraan acara Megengan. Kue Apem menjadi simbol untuk memohon ampun
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perbuatan yang dilakukan selama setahun
lalu. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat menarik pelajaran dari kue
Apem.
Sebelum makanan dan kue Apem dibagikan, jamaah Megengan
biasanya terlebih dahulu membaca tahlil dan istighosah. Harapannya, supaya
dalam menjalani ibadah puasa Ramadan mereka tenang dan lapang dada karena Allah
SWT sudah memaafkan dosa yang mereka perbuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar