Sering kali kaum anti bid’ah hasanah (baca: Salafi Wahabi) berhujjah dengan ungkapan :
وأما
أهل السنة والجماعة فيقولون قي كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة رضي الله
عنهم هو بدعة لأنه لو كان خيرا لسبقونا إليه، لأنهم لم يتركوا خصلة من خصال
الخير إلا وقد بادروا إليها
“Adapun ahli sunnah wal jamaah, mereka
berkata pada setiap perbuatan dan perkataan yang tidak sabit dari
sahabat (semoga Allah meridhai mereka) adalah bid’ah karena jika itu
baik sudah pasti mereka mendahului kita dalam melakukannya karena mereka
tidak meninggalkan satu jenis pun dari jenis-jenis perbuatan baik
melainkan mereka akan bersegera melakukannya.” (Tafsir Ibn Kathir, jld.
4, hlm. 190)
Mereka berargumentasi bahwa segala
perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan ulama salaf, maka
perbuatan itu dianggap bid’ah dholalah.[1] Lebih jelas sebelumnya Ibnu Taimiyyah (w 728 H) juga telah mengatakan :
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيماً له منا ،وهم على الخير أحرص
“Perayaan seperti ini seandainya
baik belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk
melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk
melakukannya. Seandainya perayaan itu murni kebabaikan atau unggul,
tentu para salaf lebih berhak melakukannya daripada kita, karena mereka
adalah orang-orang yang jauh lebih cinta kepada Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan lebih mengagungkannya. Mereka lebih semangat
kepada kebaikan…”[2]