Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at
rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tadzakkur dan tafakkur, mengingat segala apa yang kita amalkan selama ini dan berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dalam arti kita berusaha melaksanakan segala usaha yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Marilah kita tinggalkan sejenak tugas-tugas duniawiyah, pekerjaan di kantor, bisnis dan perdagangan, untuk masuk masjid melaksanakan sholat Jumat,untuk dzikrullah, ingat kepada Allah SWT.
Semoga dengan demikian kita termasuk golongan orang-orang yang tidak lalai ingat kepada Allah, walaupun kita disibukkan dengan aktivitas jual beli dan perdagangan. Semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai hamba Allah yang muttaqin dan husnul khatimah. Amin.
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain.
Yang menjadi pertanyaan, pernakah nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan mauled Nabi Muhammad SAW?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Jika menelusuri sejarah, ternyata
Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari ulang tahunnya dengan upacara dan
acara. Rasulullah memperingati kelahirannya dengan berpusa. Suatu ketika Nabi
Muhammad ditanya: ”Wahai rasul, mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul
menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.”
Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya denga puasa yang kemudian di masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran). Namun sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang orang lain untuk bacaan shalawat, untu bacaan berberzanjian, dibaan dan pengajian umum.
Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW
sahabat tidak pernah mengadakan peringatan maulid ini berarti mengada-ngada,
dan apakah termasuk bid’ah?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Mari kita mengkaji hukum peringatan
mauled Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin
as-Suyuthi yang berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid. Beliau menjelaskan
bahwa di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum diadakan
peringatan dalam bentuk upacara, shalawatan dan pengajian tentang maulid Nabi,
sehingga ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau memperingati kelahiran
dengan bentuk upacara itu.
Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan?
Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah,
Sejarah menyebutkan bahwa sejak
Islam berjaya dengan menaklukan romawi, Persia bahkan Eropa, banyaklah orang
non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Baik karena
sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani,
akhirnya mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah
perang salib. Kaum kafir membunuh orang islam, merampas kekayaan, dijauhkan
dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam.
Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir,
tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan
kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak kenal kehebatan Islam.
Melihat
kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya
semangat memperjuangkan agamanya, para ulama’ dan tokoh Islam mencari solusi
bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari
cengkraman tentara salib.
Di
antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah),
mengundang para ulama’ dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana
membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta
menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau
menteladani beliau.
Dari
musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan
peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan
maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran,
mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta para ulama
dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi.
Al-Malik
Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak
setuju, dengan alasan kerena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan
oleh Nabi, dan itu berarti itu bid’ah.
Menanangapi ketidak setujuan mereka,
akhirnya dijawab oleh ulama’ yang hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah
itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan
bahwa ada bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah
bid’ah yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari
syariat, sedangkan bid’ah hasanah adalah suatu amalan yang dasar perintahnya
sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan
temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata
caranya).
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Seperti
sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah mahdah
muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh diubah,
karena perintah dan teknis pelaksanaannya contohkan langsung oleh Rasulullah,
seperti shalat dan haji yang harus sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh
Rasul.
edua,
ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq yang tata caranya
tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya terserah
masing-masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya sudah ada namun teknisnya
tidak ditentukan sebagaiman firman Allah:
فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ
Yang artinya: ”Berdzikirlah kalian
dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring." (QS an-Nisa)
Dzikir
merupakan perintahnya, sedangakan teknisnya terserah kita, duduk, berdiri,
berbaring dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan
suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan kondisi
asal tidak melanggar ketentuan syariat.
Membaca
shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah
dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS al-Ahzab56).
Perintah membaca shalawat ada
sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh sholawat yang panjang, pendek, prosa,
maupun syair, yang penting bershalawat kepada rasullullah. Hal ini termasuk
juga berdakwah, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Yang
artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik.” (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah atau wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannnya terserah kita, boleh dalam bentuk pengajian umum, pengajian rutin di masjid, ataupun media TV, radio, koran, majalah,diskusi, maupun seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting momentum dan misinya adalah dakwah.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi
dengan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian umum, ceramah tentang
kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial,
khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah
atau ibadah yang mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya ada
sedangakan pelaksanaannya terserah kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan kalau kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan kalau kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah dhalalah, tapi sesuatu perbuatan yang baik”.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan Syeikh Addiba’i.
Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan cinta Rasul, diajak membebaskan diri dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.
Mudah-mudahan
dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW.
Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.
Sebagaimana sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan
sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta padaku
nanti akan bersamaku disurga.”
Semoga
kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal
alamin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَنِ
الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَر فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَر
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar