Rabu, 31 Maret 2021
Hj. Siti Komariyah PENGAJIAN ELENG2 TOMBONE ATI BKMT Kab Magetan | 3 Tin...
Hj. Siti Komariyah PENGAJIAN ELENG2 TOMBONE ATI BKMT Kab Magetan |3
Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali
Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah
menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.
Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang
paling rendah, kenapa? Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari
makan, minum, dan hubungan suami istri Kalau puasanya hanya karena
menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di
siang hari, maka kata Rasulullah Saw puasa orang ini termasuk puasa yang
merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit.
Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dengan sabdanya:
“banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia
dapatkan hanya lapar dan dahaga.”
Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta
syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan
kaki dari segala macam bentuk dosa,” tulis Imam Ghazali.
Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang
saleh). Menurut Al- Ghazali, seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan
dalam tinkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai
prasayaratnya, yaitu menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan
dimakruhkan. Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta,
mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri. Menggunakan
waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran. Menjaga
pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Mencegah anggota
tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Tidak berlebih-lebihan dalam
berbuka, sampai perutnya penuh makanan. Hatinya senantiasa diliputi rasa
cemas (khauf) dan harap (raja) karena tidak diketahui apakah puasanya
diterima atau tidak oleh Allah.
Ketiga, Puasa khususnya orang yang khusus adalah puasanya hati dari
kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan
segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa
khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di atas adalah puasa
hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta
mencegah memikirkan apa-apa selain Allah Swt (shaum al-Qalbi ‘an
al-Himam ad-Duniyati wa al-Ifkaar al-Dannyuwiyati wakaffahu ‘ammaa siwa
Allaah bi al-Kulliyati). Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga
ini adalah tingkatan puasanya para nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.
Minggu, 28 Maret 2021
Madrasah TNI Polri | Ustad Amin Soni Al Fatah Temboro | Hadits Arbain #3...
Ahad | Ustad Amin Soni Al Fatah Temboro | Hadits Arbain #35: Kita itu
Bersaudara
Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #35
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
«لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ
تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا
عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ،
وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا
-وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ
الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى
المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki,
janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling
benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual
di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang
muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh
berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa
itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah
seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim
atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’”
(HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564]
Langganan:
Postingan (Atom)